1.
Pola
Perilaku Sosial
a. Kerjasama
Anak
belajar bermain atau bekerja secara bersama dengan anak lain sampai mereka
berumur 4 tahun. Semakin banyak kesempatan yang mereka miliki untuk melakukan sesuatu
bersama-sama, semakin cepat mereka belajar melakukannya dengan cara bekerja
sama.
b. Persaingan
Jika
persaingan merupakan dorongan bagi anak-anak untuk berusaha sebaik-baiknya, hal
itu akan menambah sosialisasi mereka. Jika hal itu diekspresikan dalam
pertengkaran dan kesombongan, akan mengakibatkan akan timbulnya sosialisasi
yang buruk.
c. Kemurahan
Hati
Terlihat
pada kesediaan untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, meningkat dan sikap
mementingkan diri sendiri semakin berkurang setelah anak belajar bahwa
kemurahan hati menghasikan penerimaan sosial.
d. Hasrat
akan Penerimaan Sosial
Jika
hasrat untuk diterima kuat, hal itu mendorong anak untuk menyesuaikan diri
dengan tuntutan sosial. Hasrat untuk diterima oleh orang dewasa biasanya timbul
lebih awal dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.
e. Simpati
Anak
kecil tidak mampu berperilaku simpatik sampai mereka pernah mengalami situasi
yang mirip dengan dukacita. Mereka mengekspresikan simpati dengan berusaha
menolong atau menghibur seseorang yang sedang bersedih.
f. Empati
Merupakan
kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati
pengalaman orang tersebut. Hal ini hanya berkembang jika anak dapat memahami
ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
g. Ketergantungan
Ketergantungan
terhadap orang lain dalam hal bantuna, perhatian dan kasih sayang mendorong
anak untuk berperilaku dalam cara yang diterima secara sosial. Anak yang
berjiwa bebas kekurangan motivasi.
h. Sikap
Ramah
Anak
kecil memperlihatkan sikap ramah melalui kesediaan melakukan sesuatu untuk atau
bersama anak/orang lain dan dengan mengespresikan kasih sayang kepada mereka.
i.
Sikap Tidak Mementingkan Diri Sendiri
Anak
yang mempunyai kesempatan dan mendapat dorongan untuk membagi apa yang mereka
miliki dan yang tidak terus-menerus menjadi pusat perhatian keluarga, belajar
memikirkan orang lain dan berbuat untuk orang lain dn bukannya hanya memusatkan
perhatian pada kepentingan dan milik merka sendiri.
j.
Meniru
Dengan
meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok sosial, anak-anak
mengembangkan sifat yang menambah penerimaan kelompok terhadap diri mereka.
k. Perilaku
Kelekatan (Attachment Behavior)
Dari
landasan yang diletakkan pada masa bayi, yaitu tatkala bayi mengembangkan suatu
kelekatan yang hangat dan penuh cinta kasih kepada ibu atau pengganti ibu, anak
kecil mengalihkan pola perilaku ini kepada anak/orang lain dan belajar membina
persahabatan dengan mereka.
2.
Pola
Perilaku yang Tidak Sosial
a. Negativisme
Yaitu perlawanan
terhadap tekanan dari pihak lain untuk berperilaku tertentu. Biasanya hal itu
dimulai pada usia dua tahun dan mencapai puncaknya antara umur 3 dan 6 tahun.
Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, tetapi secara setahap demi
setahap diganti dengan penolakan lisan untuk menuruti perintah.
b. Agresi
Agresi adalah tindakan
permusuhan yang nyata atau ancaman permusuhan, biasanya tidak ditimbulkan oleh
orang lain. Anak-anak mungkin mengekspresikan sikap agresif mereka berupa
penyerangan secara fisik atau lisan terhadap pihak lain, biasanya terhadap anak
yang lebih kecil.
c. Pertengkaran.
Pertengkaran merupakan
perselisihan pendapat yang mengandung
kemarahan yang umumnya dimulai apabila seseorang melakukan penyerangan yang
tidak beralasan. Pertengkaran berbeda dengan agresi; pertama karena
pertengkaran melibatkan dua orang atau lebih sadngkan agresi merupakan tindakan
individu, dan kedua karena salah seorang yang terlibat di dalam pertengkaran
memainkan peran bertahan sedangkan dalam agresi peran selalu agresif.
d. Mengejek
dan Menggertak
Mengejek merupakan
penyerangan secara lisan terhadap orang lain, tetapi menggertak merupakan
serangan yang bersifat fisik. Dalam kedua hal tersebut si penyerang memperoleh
keputusan dengan menyaksikan ketidakenakan korban dan usahanya untuk membalas
dendam.
e. Perilaku
yang Sok Kuasa
Perilaku sok kuasa
adalah kecendrungan untuk mendominasi orang lain atau menjadi “majikan”. Jika
diarahkan secara tepat hal ini dapat menjadi sifat kepemimpinan, tetapi umumnya
tidak demikian, dan biasanya hal ini mengakibatkan timbulnya penolakan dari
kelompok sosial.
f. Egosentrisme
Hampir semua anak kecil
bersifat egosentrik dalam arti bahwa mereka cnderung berpikir dan berbicara
tentang diri mereka sendiri. Apakah kecendrungan ini akan hilang, menetap, atau
akan berkembang semakin kuat, sebagian bergantung pada kesadaran anak bahwa hal
itu membuat mereka tidak populer dan sebagian lagi bergantung pada kuat
lemahnya keinginan mereka untuk menjadi populer.
g. Prasangka
Landasan prasangka
terbentuk pada masa kanak-kanak awal yaitu tatkala anak menyadari bahwa
sebagian orang berbeda dari mereka dalam hal penampilan dan perilaku dan bahwa
perbedaan ini oleh kelompok sosial dianggap sebagai tanda kerendahan. Bagi anak
kecil tidaklah umum mengekspresikan prasangka dengan bersikap membedakan
orang-orang yang mereka kenal.
h. Antagonisme
Jenis Kelamin
Ketika masa kanak-kanak
berakhir, banyak anak laki-laki ditekan oleh keluarga laki-laki dan teman
sebaya untuk menghindari pergaulan dengan anak perempuan atau memainkan
“permainan anak perempuan”. Mereka juga mengetahui bahwa kelompok sosial
memandang laki-laki lebih tinggi derajatnya daripada perempuan. Walaupun
demikian, pada umur ini anak laki-laki tidak melakukan perbedaan terhadap anak
perempuan, tetapi menghindari mereka dan menghindari aktivitas yang dianggap
sebagai aktivitas anak perempuan.
Sumber:
Hurlock, B. Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
The King Casino | Review of Casino | RTP - Joker
BalasHapusThe king casino review - everything you need to know about febcasino.com this popular https://tricktactoe.com/ casino. https://jancasino.com/review/merit-casino/ It's all 1xbet login about quality and https://septcasino.com/review/merit-casino/ quantity.